Perumpamaan-perumpamaan dalam Al Quran dan hikmah-hikmahnya 26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, |
[33]. Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan
menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat
membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya
surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan
kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu
sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
[34]. Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Allah membuat dua contoh perumpamaan kaum munafiqin dalam firman-Nya (Surat Al Baqarah 17 dan 19), berkatalah kaum munafiqin: "Mungkinkah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat contoh seperti ini?" Maka Allah turunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 26). Ayat ini menegaskan bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan yang Allah kemukakan, orang yang beriman akan menjadi lebih tebal imannya. Dan hanya orang fasiq yang akan lebih sesat dari petunjuk Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan berbagai sanad yang bersumber dari as-Suddi.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 26 tersebut di atas (S. 2: 26) diturunkan sehubungan dengan surat al-Haj ayat 73 dan surat al-Ankabut ayat 41. Dengan reaksi kaum munafiqin yang berkata: "Bagaimana pandanganmu tentang Allah yang menerangkan lalat dan laba-laba di dalam al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad. Apakah ini bukan bikinan Muhammad?" (Diriwatkan oleh al-Wahidi dari Abdul Ghani bin Said at-Tsaqafi, dari Musa bin Abdurrahman dari Ibnu Juraij dari Atha yang bersumber dari Ibnu Abbas. Abdul Ghani sangat dla'if.) Dalam riwayat lain dikemukakan, bahwa ketika Allah menerangkan laba-laba dan lalat dalam surat al-Hajj 73 (S. 22: 73) dan al-Ankabut 41 (S. 29: 41) kaum musyrikin berkata: "Apa gunanya laba-laba dan lalat diterangkan dalam al-Qur'an?" Maka Allah turunkan ayat tersebut di atas (S. 2. 26). (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam tafsirnya, dari Ma'mar yang bersumber dari Qatadah.) Dalam riwayat lain dikemukakan, bahwa ayat tersebut di atas (S. 2: 26) diturunkan sehubungan dengan surat al-Hajj 73 dan surat al-Ankabut 41, dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata: "Contoh macam apakah ini yang tidak patut dibuat perumpamaan?" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Hasan.) Keterangan: Menurut as-Suyuthi: "Pendapat yang pertama (Ibnu Jarir) lebih shahih sanadnya dan lebih munasabah dengan permulaan surat. Sedangkan yang menerangkan kaum musyrikin, tidak sesuai dengan keadaan ayat Madaniyyah (yang diturunkan di Madinah)." Adapun yang diriwayatkan oleh al-Wahidi (sebagaimana telah kami kemukakan di atas) yang bersumber dari Qatadah dan Hasan, dengan tidak pakai isnad, munasabah apabila menggunakan kata: "Berkatalah kaum Yahudi." |